ARAHBICARA.COM – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi terus berupaya mengurangi kawasan kumuh dengan membangun ribuan unit Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, program ini telah berhasil membangun sekitar 2.000 unit rumah. Pada tahun 2024 sendiri, sebanyak 195 unit Rutilahu sedang dibangun di berbagai titik di Kota Sukabumi.

Kabid Infrastruktur dan Kewilayahan Bappeda Kota Sukabumi, Frendy Yuwono, menjelaskan bahwa kawasan kumuh yang mendapatkan bantuan merupakan area dengan luas lebih dari 10 hektare dan mencakup lima hingga enam kelurahan.

“Bantuan keuangan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk program Rutilahu ini mencapai Rp20 juta per unit. Dana tersebut dialokasikan sebesar Rp17,5 juta untuk belanja material dan Rp2,5 juta untuk upah pekerja, yang pengelolaannya langsung dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) setempat,” kata Frendy, Senin (3/2/2025).

Selain pembangunan rumah, saat ini Kota Sukabumi juga mulai menerapkan program Rutilahu Plus. Program ini mewajibkan setiap unit rumah yang dibangun dilengkapi dengan fasilitas septic tank. Namun, Frendy mempertanyakan apakah dana yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan tambahan tersebut, mengingat anggaran yang diberikan relatif terbatas.

Pada bagian lain dia juga mengungkapkan bahwa Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Sukabumi telah mengajukan tambahan anggaran ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melanjutkan program Rutilahu. Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai pencairan dana tersebut. Di sisi lain, masih tersedia kuota pembangunan Rutilahu di kawasan kumuh sebanyak 145 unit melalui bantuan provinsi.

Meski demikian kata dia, Kota Sukabumi masih membutuhkan anggaran lebih besar untuk menuntaskan program ini secara menyeluruh. Berdasarkan data yang dihimpun, masih terdapat sekitar 1.200 unit rumah yang membutuhkan perbaikan. Pemerintah Kota Sukabumi berharap adanya tambahan anggaran dari berbagai sumber agar program pengentasan kawasan kumuh dapat berjalan optimal dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Redaktur: Usep Mulyana