ARAHBICARA.COM – Tak banyak yang tahu, kopi Indonesia pernah merajai pasar dunia. Berawal dari tanah Priangan, kopi Arabika tumbuh subur sejak akhir 1600-an dan menjadi komoditas unggulan di era VOC.

Pada tahun 1696, kopi pertama kali masuk ke Pulau Jawa. Tiga tahun kemudian, tanaman kopi mulai berkembang di wilayah Priangan Barat. VOC pun menggandeng para bupati, termasuk Bupati Cianjur Wiratanudatar III, untuk menanam kopi. Hasilnya, panen perdana pada 1711 langsung diekspor ke luar negeri.

Kopi Priangan makin dikenal dunia. Tahun 1726, “Java Coffee” mulai membanjiri pasar global dan sempat menguasai 75% perdagangan kopi dunia. Sayangnya, sistem monopoli VOC membuat petani lokal tertekan, terutama setelah aturan Contingenten diberlakukan pada 1740.

Untuk mendukung pengangkutan kopi, jalan penghubung Batavia–Priangan dibangun pada 1786. Jalur ini kemudian dikenal sebagai Jalan Raya Pos (Grote Post Weg), yang menjadi bagian penting dalam sejarah transportasi di Jawa.

Puncak kejayaan kopi Priangan terjadi pada 1917, saat kopi dari Panumbangan dan Gunung Guruh dinobatkan sebagai “Kopi Terbaik Dunia” dalam pelelangan di Amsterdam.

Kini, semangat kejayaan itu dihidupkan kembali oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan (Diarpus) Kabupaten Sukabumi. Lewat program Kopi Baper dan Ngejat Café, Diarpus mengenalkan sejarah kopi sambil mengubah perpustakaan menjadi ruang inklusi sosial yang modern dan menarik.

Tak hanya tempat membaca, perpustakaan kini jadi ruang kreatif yang menyajikan kopi lokal, mendukung UMKM, dan menginspirasi generasi muda lewat warisan budaya yang kaya.

Reporter: Jowel || Redaktur : Rsd.